Review dan Sinopsis Petualangan Sherina 2, Nostalgia yang Berhasil!

Petualangan Sherina 2

Setiap manusia yang mencari bahagia 

Mengarungi samudera ria

Temukan yang selalu setia

Sherina M Darmawan, begitu melekat di benak masa kanak-kanakku. Ketika itu, aku masih duduk di bangku SD. Lupa, kelas berapa, umur berapa. Intinya aku masih anak-anak yang begitu excited dengan film-film yang menyajikan cerita penuh petualangan seru dibalut dengan alunan musik yang begitu penuh semangat, seperti film Petualangan Sherina yang rilis tahun 2000 silam.

Ku tonton berulang kali film itu, hingga aku hafal setiap kalimat dan dialog yang terucap dari setiap mulut pemainnya. Bahkan, aku pun mengikuti trend menggunakan hansaplast agar terlihat seperti jagoan ala Sherina. Makan permen Smarties warna-warni, sengaja aku taruh di dalam kotak Tupperware mama yang warnanya sama-sama mencolok.

Sekarang, tahun 2023. Rasa excited itu kembali lagi, masih sama seperti saat aku menonton Petualangan Sherina 1. Sudah 23 tahun akhirnya Petualangan Sherina 2 rilis. Tetapi, justru aku agak skeptis dengan film ini. Aku tidak banyak berharap, karena seperti film yang sudah-sudah dengan membawa tema ‘nostalgia’ selalu gagal membuatku terpukau. Apakah film Petualangan Sherina 2 juga seperti itu? 

Sebenarnya kamu sudah tahu jawabannya jika membaca judul artikel ini. Namun, biarlah aku menjelaskan alasannya hingga akhirnya aku yakin bahwa film ini adalah salah satu film yang berhasil membawa nostalgia era 2000-an tanpa mengurangi kesan modern-nya.

Sinopsis Petualangan Sherina 2

Petualangan Sherina 2

“Sherina, kami mau kamu meliput ke Kalimantan. Biarkan Davos diliput oleh tim lain.”

Mendengar kalimat itu, wajah Sherina langsung memerah seperti orang yang akan meledak. Dan benar saja, emosinya meledak. Ia tidak sudi tiba-tiba tugasnya meliput ke Swiss harus batal hanya karena kalah saing dengan karyawan orang dalam.

“Toh Kalimantan sangat cocok untuk kamu, Sher, yang giat mengampanyekan lingkungan hidup.”

Kalimat kedua itu akhirnya membuat Sherina mengomel tidak terima.

“Ya, tapi kan, pak, saya sudah riset berbulan-bulan demi liputan di Davos. Kenapa harus dia? Karena dia adalah keponakan yang punya perusahaan TV ini? Bapak sendiri tahu, saya reporter terbaik di sini. Jauh lebih baik dari dia.”

Terkejut dengan nada suara Sherina yang meninggi, sang atasan pun tak mau kalah dan menyentaknya. “Cukup, Sherina.” Di sini, Sherina kalah telak. Ia tidak mungkin melawan atasannya, kan? Akhirnya, ia dan Aryo, sang juru kamera, terbang ke pulau Kalimantan untuk memenuhi tugas.

Di Kalimantan…

Sherina dan Aryo tiba di OUKLA, sebuah tempat koservasi orang utan yang akan menjadi bahan liputan beritanya. Saat tiba, Sherina disambut dengan cemilan favoritnya, donat. Melihat donat-donat tertata rapi di atas piring, mata Sherina langsung berbinar dan melahap donat itu dengan bahagia. Saking bahagianya dia bertemu donat, gula-gula dan remahannya berceceran di area sudut bibirnya. Sungguh seperti anak kecil.

“Halo, selamat datang Sherina M Darmawan, reporter terbaik dari NEX TV.”

Sherina terkejut mendengar suara yang begitu familiar di telinganya. Ia langsung menoleh dan menatap orang yang menyebut namanya secara lengkap.

Petualangan Sherina 2

“YAYANG!”

Iya, itu si Yayang, sahabatnya, alias Sadam. Tidak menyangka bahwa di tempat ini dia justru akan bekerjasama dengan Sadam yang notabenenya adalah seorang Project Manager di OUKLA, sekaligus tour guide ‘spesial’ untuk Sherina.

Dengan kehadiran Sadam, Sherina merasa lebih bersemangat. Bahkan, ia lupa pernah mendebat atasannya karena tidak jadi liputan ke Davos – Swiss. Sekarang, Sherina sangat enjoy dengan liputan Kalimantannya. Dan, dia lebih excited lagi ketika diajak Sadam berjalan-jalan melihat orang utan yang berhasil OUKLA selamatkan.

“Nah, itu Hilda dan Sayu. Hilda adalah ibu dari Sayu. Dan, Sayu ini satu-satunya anak orang utan yang akan kami lepas tanpa harus beradaptasi dulu karena Sayu masih memiliki ibu. Jadi, besok kamu akan meliput pelepasan Hilda dan Sayu ke alam bebas.”

Sherina begitu semangat menantikan hari esok. Ia ingin tahu bagaimana cara OUKLA melepas orang utan ke hutan belantara. Dan, oh iya! Hutan menjadi tempat nostalgia Sherina dan Sadam setelah 20 tahun lalu berhadapan dengan penculik. Ini bakal menjadi petualangan yang menarik. Itulah sekiranya di pikiran Sherina.

Hari pelepasan Hilda dan Sayu pun tiba. Sherina, Sadam, dan tim lainnya menempuh jarak yang amat sangat jauh ke dalam hutan. Mereka harus melewati jalanan terjal. Jalanan penuh bebatuan tanpa aspal. Bahkan, mereka juga harus menyebrangi sungai.

Tiba di tengah hutan, Sherina tersenyum melihat kandang Hilda dan Sayu dibuka. Ibu dan anak orang utan itu melangkahkan kakinya pertama kali menginjak tanah hutan. Kemudian, mereka langsung naik ke pohon, bergelantungan bahagia layaknya orang utan secara natural. Melihat itu, semua tim tersenyum, termasuk Sherina dan Sadam.

Mereka merasa telah berhasil melakukan tugas dengan baik. Kini, Sherina mulai berkemas untuk kembali ke Jakarta menandakan liputan di Kalimantan telah usai. Namun..

“Pak, pak, pak Sadam!”

Salah seorang tim dari OUKLA berlari tergesa-gesa. Nafasnya tersengal. Wajahnya dipenuhi peluh keringat dengan ekspresi yang sangat panik.

“Hilda ditemukan pingsan. Sepertinya dibius, dan kami tidak menemukan anaknya, Sayu, di dekat Hilda. Kemungkinan Sayu diculik ilegal, pak!”

Mendengar hal itu Sadam sangat terkejut. Sherina? Tentu saja ia juga sama terkejutnya. Belum ada beberapa jam melihat Hilda bergelantungan di pohon dengan bahagia, sekarang malah dibius. Lebih parahnya lagi, anaknya Hilda pun diculik!

Intuisi Sherina langsung bekerja. Ia memutuskan untuk pending pulang ke Jakarta dan mulai mencari Sayu. Petualangan Sherina kembali lagi. Ia harus menelusuri hutan Kalimantan, berhadapan dengan pencuri satwa langka ilegal, bahkan nyawanya lagi-lagi harus terancam.

Tetapi, dia tidak sendirian. Sadam tahu betul sifat Sherina. Jadi, Sadam membututi dan ikut dalam petualangan Sherina, LAGI! Untuk kedua kalinya, setelah 20 tahun, Sherina dan Sadam kembali ke hutan untuk menangkap orang jahat. Penjahat kali ini tidak sebodoh dulu. Justru penjahat ini lebih sadis dan kejam. Apakah Sadam dan Sherina berhasil menyelamatkan Sayu? Atau justru….

Film Nostalgia yang Berhasil

Petualangan Sherina 2

Seperti yang sudah aku bilang di paragraf pembuka. Aku skeptis dengan film ini. Bukannya tanpa alasan, karena memang dari trailer pun, menurutku, kurang menarik. Posternya pun masih serupa dengan film pertamanya. Jadi, aku bisa berharap apa?

Namun, saat Petualangan Sherina 2 ini rilis, filmnya langsung booming. Kupikir hanya “fomo” sesaat. Lalu, aku cek beberapa sosial media, banyak teman-teman di sosmed menyanjung film tersebut. Bahkan mereka, yang mungkin banyaknya anak 90-an, merasakan nostalgia yang begitu dalam.

Dari sana, aku langsung memutuskan untuk menonton film ini. Beruntung aku nonton di weekday sehingga bioskop sepi dan aku tidak perlu rebutan tiket dengan yang lain. Duduklah aku di deretan kursi F. Baru saja dimulai, hawa nostalgianya sudah terasa.

Sama seperti di film Petualangan Sherina 1, mereka menyorot kota Jakarta dengan sudut pandang dari atas. Kemudian, sorotan kamera berubah mendekat ke arah seseorang gadis yang sedang jogging pagi. Ya, dia Sherina dengan senyum merekah di wajahnya, dia pun mulai menyanyi. Untuk yang pernah, atau mungkin fans Petualangan Sherina tahun 2000, pasti terasa familiar dengan lagu ini.

Nada lagunya terasa sama, namun ada ‘rasa’ dan ‘sensasi’ yang berbeda. Bahkan liriknya pun diganti dengan lebih ‘dewasa’ tidak kekanakan lagi. Tiap kata di liriknya itu terasa banyak metafora yang sesuai dengan umur anak 90-an sekarang.

Baca Juga: Review Film Insidious Red Door

Nostalgia tidak berhenti di situ. Aku juga langsung tersenyum ketika beberapa adegan terasa familiar seperti di Petualangan Sherina 1. Yang paling memorable untukku adalah, ketika Sherina bersembunyi di balik pohon besar, dan sedikit melongokkan kepalanya untuk mengecek si penjahat. Ekspresi dan adegannya sangat mirip dengan film pertamanya.

Lalu, saat Sherina sedang disekap berduaan dengan Sadam, kita juga bisa merasakan sensasi ketika mereka berduaan di Boscha. Namun, auranya lebih dewasa, terlihat bahwa mereka telah tumbuh dengan karakter yang lebih bold.

Oh iya, tidak lupa juga beberapa properties dari Petualangan Sherina 1 pun dibawa ke film ini. Salah satunya adalah tas gendong! Ya, di sini kamu bisa melihat tas Sherina yang sudah berumur 20 tahunan (kalau tas itu masih sama) diajak berpetualang lagi. 

Tak kalah penting, sosok orang kaya yang jadi penjahat utamanya, yaitu Syailendra, juga terasa mirip dengan karakter Kertarajasa. Namun, vibes mereka agak berbeda, utamanya untuk pasangan masing-masing. Tokoh Syailendra tidak terlalu menonjol, tetapi istri Syailendra yang diperankan Isyana lebih memorable dan cocok banget. Salut sama Isyana!

Sinematografi Standar dengan Plot yang Tereksekusi dengan Apik!

Petualangan Sherina 2

Untuk sinematografi, menurutku sangat standar. Tidak terlalu ‘wah’ seperti film-film lain, contohnya Pengabdi Setan atau bahkan Like & Share. Tetapi yang aku suka adalah, tone warna dari sinematografinya ini serupa dengan film pertamanya. Jadi, ini cukup wajar, mungkin sutradara Riri Riza ingin tetap menjaga nuansa ‘Petualangan Sherina.’

Meski begitu, harus aku akui bahwa plot dari film ini dikemas sangat apik. Padahal, alur ceritanya sangat lurus. Tidak ada plotwist apapun. Bahkan, aku bisa dengan mudah menebak kelanjutannya ceritanya. Tapi, entah kenapa, saat aku menonton di bioskop terasa tidak terdistraksi sama sekali. Malah aku betah mantengin layar bioskop menantikan, petualangan apa lagi yang akan dihadapi oleh Sherina dan Sadam?

Semua potongan adegannya pun sangat pas. Perpindahan adegan satu dengan adegan lainnya sangat natural dan tidak terkesan in-rush. Sayangnya, plot mereka masih ada beberapa hole. Sedikit spoiler, ya!

Baca Juga: Review Film Kembang Api

Diceritakan, salah satu anggota OUKLA berkhianat dengan membantu para penjahat untuk mencuri satwa langka. Nah, sayangnya, karakter si pengkhianat ini tidak terlalu tersorot. Tidak tahu bagaimana nasib dia, apakah ditangkap atau tidak. Bahkan, scene untuk si pengkhianat amat sangat sedikit, mungkin di bagian awal film saja.

Kekurangan lainnya ada di bagian CGI. Jujur aku agak badmood ketika adegan dansa saat disekap di gudang itu berubah menjadi terasa begitu magical. Latarnya dibuat seolah Sherina dan Sadam sedang berada di kayangan dengan latar belakang warna biru muda ala awan dan langit. Sorry to say, but that’s not pleasing at all. Entah kenapa dibuat begitu, yang jelas itu salah satu kekurangan yang menurutku film ini belum bisa dikatakan sempurna.

But overall, filmnya bagus kok. Kalau boleh kasih rating, aku kasih 9/10. Kurang satu karena kekurangan yang tadi aku sebutkan, dan kekurangan lainnya yang akan aku sebutkan di pembahasan selanjutnya.

Karakter-Karakter yang Paling Memorable

Petualangan Sherina 2

Sherina dan Sadam, sudah sepatutnya menjadi karakter yang menonjol di film ini. Syukurlah, mereka memang yang paling menonjol. Uniknya, jika di film pertama mungkin kita akan kesal melihat karakter Sadam dan memandang Sherina sebagai ‘hero’ maka di film kedua ini sebaliknya!

Justru aku melihat perkembangan karakter Sadam yang begitu signifikan; dari anak manja childish yang egois, berubah menjadi sosok pria dewasa yang begitu didambakan banyak perempuan. Sikapnya yang lembut, sabar, dan bertindak secara hati-hati ini membuat karakter Sadam terlihat sebagai cowok green flag. 

Nah, untuk Sherina, menurutku kali ini ia punya sikap dan sifat yang menyebalkan. Ia terlalu ambisius dan terkesan sangat egois. Bahkan, ia terlihat grusak-grusuk tanpa memikirkan akibatnya. Jadi, ketika Sherina dipasangkan oleh sosok Sadam yang ‘sudah kalem’, mereka pun membawa kesan couple goals yang saling melengkapi.

Tetapi, karakter memorable ini tidak hanya terpancar dari Sherina dan Sadam saja. Menurutku, istri Syailendra yang diperankan oleh Isyana sangatlah berhasil. Jujur saja, selama menonton, aku selalu menantikan adegan yang menampilkan si istri Syailendra (Ratih). Dengan gaya dan pembawaan karakternya yang nyentrik dan narsistik, ia mampu membuatku tidak berhenti tertawa.

Sayangnya, karakter Sindai yang harusnya, menurutku, jadi tokoh ‘pahlawan baru’ malah terlihat melempem. Karakter Sindai ini kurang keluar auranya. Ia hanya terlihat seperti anak lokal yang ikut-ikutan saja. Padahal aku berharap sosok Sindai bisa ‘menggantikan’ karakter Sherina kecil yang penuh antusiasme dan ambisi.

Baca Juga: Urutan Member BOYSNEXTDOOR

Lagu-Lagu yang Serupa Namun Berbeda

Petualangan Sherina 2

Serupa tapi tak sama, mungkin adalah frasa yang cocok untuk menggambarkan lagu-lagu yang ada di dalam film Petualangan Sherina 2. Bagaimana tuh maksudnya? Oke, aku kasih contoh. Kamu yang nonton Petualangan Sherina 1 pasti familiar dengan lagu ini:

Setiap manusia di dunia, Pasti pernah sakit hati 

Hanya yang berjiwa satria Yang mau memaafkan

Betapa bahagianya, Punya banyak teman, Betapa senangnya

Betapa bahagianya, Dapat saling menyayangi

Itu adalah penggalan dari lagu Petualangan Sherina 1 yang berjudul ‘Persahabatan.’ Nah, ada lagu serupa di Petualangan Sherina 2, tapi judulnya ‘Menikmati Hariku.’ Begini liriknya:

Matahari, bersinar terang, seolah Tersenyum senang 

Walau panas, menyengat, aku tetap gembira 

Daun-daun, bergerak riang, seolah merasa senang 

Semua ikut, berdendang, sambut hari yang datang 

Selamat pagi, selamat bekerja, bersiaplah nikmati hari

Nada kedua lagu tadi serupa tapi tak sama. Bahkan, liriknya pun diubah dengan nuansa dewasa. Jika di lagu pertama lebih menekankan pada persahabatn, kali ini justru menyentil soal ‘bekerja’ yang akan sangat related dengan anak 90-an yang kini sudah menapaki usia 30-an. Betul?

Nah, itu baru satu lagu saja, masih ada lagu-lagu lainnya yang terdengar sangat familiar sehingga ada perasaan ingin ikut nyanyi juga.

Pesan untuk Menjaga Hutan Kalimantan

Petualangan Sherina 2

Meski tidak terlalu bold, tapi pesan untuk menjaga hutan Kalimantan terus digaungkan di film ini. Uniknya, mereka mengampanyekan hal tersebut dengan sangat smooth. Saking smooth-nya, aku tidak terlalu merasakan kampanye itu.

Tapi setidaknya kita bisa memahami bagaimana sulitnya menangani para penjahat satwa langka. Sayangnya, detail prosedur penangkapan para penjahat itu hanya dijelaskan secara singkat dan tidak terlalu mendetail.

Aku sih berharap bisa dibahas lebih jauh. Kalau boleh saran, ya.. kalau berani sih, coba senggol juga bagaimana pemerintah menangani hal semacam ini. Tetapi kalau ceritanya seperti itu, kayaknya.. terlalu serius dan tidak mungkin dapat izin ‘Semua Umur.’ Mungkin memang sengaja dibuat simple dengan tujuan nostalgia dan menghibur dengan sedikit selipan kampanye peduli hutan Kalimantan.

Oke, mari kita simpulkan dengan apa yang aku suka dan yang aku tidak suka dari film Petualangan Sherina 2.

What I Love ๐Ÿ’ž

  • Nostalgia yang berhasil, aku suka banget bagaimana semua elemen nostalgia tertampil dengan sangat apik di sini. Dari segi properti, lagu, plot cerita, adegan, semuanya terasa sangat nostalgia banget.
  • Isyana! Yap, aku suka karakter dan akting Isyana sebagai ratih, istri dari Syailendra. Kocak banget melihat karakter Isyana di sini.
  • Perkembangan karakter Sherina dan Sadam sangat menonjol, dan menjadi sangat ikonik.
  • Membawa kesan nostalgia tapi berkembang ke arah yang lebih serius dan dewasa, pas dengan target pasarnya, yaitu anak 90-an yang sudah dewasa.
It Has to be Loved ๐Ÿ’”
  • Plot hole, tidak tahu apakah si pengkhianat dari OUKLA ditangkap atau tidak. Tidak ada cerita atau kelanjutannya.
  • CGI yang bikin badmood di gudang saat Sherina dan Sadam sedang disekap.
  • Karakter Sindai yang kurang memorable dan beraura.
Selesai, deh! Panjang banget review-nya, karena aku memang suka dengan filmnya. Kalian yang dulu suka sama film Petualangan Sherina 1, harus banget nonton!!
Update Kpop Terbaru di Google News Hobihepi.com

Also Read

Bagikan:

Listiorini Ajeng Purvashti

Being a KPOPers, love to watch drakor, movies, anime, etc, since high school. Become a professional content writer since 2017 with various topics, but her speciality topics are KPOP, entertainment, lifestyle, and technology.

Tags

Leave a Comment