“Seimbang” mungkin satu kata yang sulit untuk wanita ketika ia harus dihadapi oleh pilihan, karir atau keluarga? Aku memang belum berumah tangga, tapi aku sangat sering mendengar kisah rumah tangga dari teman-teman, bahkan buku yang aku baca. Dari sana, aku berpikir:
Di dalam society Asia, perempuan memang lebih sering dituntut untuk mengurus rumah tangga. Kebutuhan rumah harus terpenuhi, dan ini harus dilakukan secara sukarela dan ikhlas. Belum lagi nyinyiran tetangga, keluarga, kerabat, dan orang di luaran sana yang selalu komentar:
Memuakkan bukan? Tapi coba kita lihat, kenapa sebagai wanita kita harus memilih salah satu di antara karir dan keluarga di saat ada opsi kita bisa memilih keduanya? Konon wanita diciptakan terlihat ringkih dan lebih lemah, tapi sebenarnya ia bisa melakukan pekerjaan multitasking lebih banyak.
Misalnya, ibu-ibu pasti setuju bahwa mereka sanggup menggendong anak sambil goreng kerupuk di dapur. Atau, mereka bisa menyapu halaman sembari mengurus jualan online-nya lewat ponsel pintar.
Bahkan, yang lebih hebat, seorang ibu bisa memasak 3 sampai 5 menu berbeda dalam sekali waktu sambil mengurus pekerjaan rumah tangga, mencuci pakaian, menjemur, dan menggendong anak!
Jadi, dengan skill multitasking seperti itu rasanya aneh jika ada yang masih menyepelekan wanita tidak akan pernah bisa menyeimbangkan antara karir dan keluarganya.
Tapi, mungkin memang untuk mencapai ‘keseimbangan’ atau istilah gaulnya “work life balance” memang perlu penyesuaian khusus.

Pernah suatu hari aku dimintai tolong untuk mengurus anak. Karena aku sendiri belum berumah tangga, mencicipi peran ibu bekerja sekaligus mengurus anak terasa sangat baru untukku. Kebetulan anak yang aku urus adalah ponakanku sendiri yang pada saat itu masih berusia sekitar tiga tahun.
Wah.. lelah rasanya. Sampai aku sempat berpikir bahwa mungkin aku tidak akan sanggup memiliki anak. Setiap saat harus diperhatikan, tidak bisa ditinggal sedikit pun. Tapi aku menoleh ke arah ibunya yang sangat enjoy bekerja mengurus finansial Hotel tempatnya bekerja sekaligus memangku anaknya juga yang selalu rewel. Bagaimana bisa?
Untung saja bos sepupuku itu berbaik hati memperbolehkannya membawa anak ke kantor. Sepulangnya dari Hotel tempatnya bekerja sebagai finance, di rumah ia belum bisa beristirahat karena harus segera menyiapkan makan malam untuk suami dan anaknya.
Lalu, dia harus mulai membereskan rumah, seperti mencuci piring, pakaian, menyapu, dan lainnya. Dia cukup terbantu saat itu karena memang aku menumpang beberapa hari di rumahnya, jadi agak kurang etis kalau aku hanya diam tanpa membantunya. Saat aku tanya:
Jawabannya sangat santai, ya. Tapi dari jawaban itu bisa aku simpulkan bahwa segala sesuatu perlu penyesuaian dan pembiasaan diri agar bisa tetap ‘seimbang’.
Lalu, keesokan harinya aku melihat sepupuku itu bekerja menggunakan laptop dengan tambahan layar eksternal. Aku paham banget kalau kerja dua layar emang paling nikmat dan nyaman, seolah kamu bisa melihat semuanya dengan luas!
Tapi ya.. kekurangannya tentu saja layar eksternal tidak fleksibel. Alias, kamu hanya bisa membawa laptop tanpa layar eksternal. Jadi, saat itu sepupuku punya dua layar eksternal, satu di rumahnya dan satu lagi di kantornya.
Wah.. bagiku itu cukup memakan biaya. Ya, tapi beruntunglah sepupuku mendapatkan layar eksternal secara cuma-cuma karena layar eksternal di kantornya memang inventaris kantor. Maklum, dia memang karyawan kesayangan.
Aku akui, pekerjaan sepupuku ini sangat efisien. Dia tidak hanya mengurus finance, ternyata dia juga mengurus kebutuhan barang dan bahan makanan untuk hotel. Setiap pembelanjaan kebutuhan Hotel, dia yang urus. Pantas saja dia dapat privilege bisa membawa anak bekerja sampai diberi layar eksternal gratisan.
Menurutnya, layar eksternal itu salah satu yang bikin pekerjaan dia makin efektif dan efisien. Apalagi kalau perangkat komputernya bisa lebih kencang, wah pekerjaannya pasti lebih ngebut karena bisa membuka berbagai aplikasi finance dengan lancar.




Dari cerita sepupuku, seorang ibu pekerja, aku jadi berpikir..
Aku pernah berada di ‘lingkaran setan’ di mana aku harus meng-handle banyak pekerjaan dalam satu waktu. Lelah, dan selalu mengeluh, setiap harinya bikin aku stres sendiri. Ini yang bikin aku semakin berpikir:
Ingat jawaban sepupuku? “Sudah terbiasa” katanya, ya mungkin waktu itu banyak mengeluh karena belum terbiasa melakukannya. Tapi ternyata, setelah dicoba dan ‘dipaksakan’ toh aku bisa jalani dengan mulus.
Bahkan, rasanya double job enggak cukup sampai aku mulai menambah job sebagai penulis lepas di perusahaan lain, menjadi konten kreator ala-ala, dan blogger.
Setiap hari rasanya kerjaanku hanya depan laptop, sampai ada tetangga yang menganggap aku ini pengangguran karena jarang mandi ketika ia datang ke rumah. Hahaha, tidak apa-apa aku malah senang!
Pertanyaannya: Emangnya kamu belum puas dengan rezekimu dari satu perusahaan?
Ngomongin soal cukup atau tidak, sepertinya itu relatif. Memang dari Double, Triple, Quadruple Job ini aku mengharapkan penghasilan lebih, tapi yang lebih penting adalah pengalaman.
Aku baru sadar bahwa aku sangat suka menulis dan membaca. Meskipun tulisanku masih belum impactful dan powerful seperti teman-teman lainnya, tapi aku akan selalu senang menambah ilmu baru dari hal yang aku sukai.



Kata orang, menghasilkan uang dari hobi itu adalah salah satu level tertinggi dalam hidup. Aku setuju, dan itu menjadi salah satu pilar prinsip hidupku sejak SMA. Aku punya banyak hobi, banyak banget!
sejak SD aku sudah diperkenalkan bahasa asing oleh mama. Sejak SD pula, mamaku sangat rajin membawa ke tempat les Bahasa Inggris. Aku benci saat itu, karena aku adalah murid terbodoh, selalu mendapatkan peringkat dua dari belakang.
Tapi yang kemudian aku mencintai bahasa Inggris adalah ketika guru les ku, aku masih ingat betul namanya, Mr. Riyadi, mengatakan:
Aku semangat lagi. Lalu, tempat les Mr. Riyadi ditutup, sangat disayangkan akhirnya aku pindah mencari tempat les baru beberapa kali. Tapi, bukan itu poinnya, selama aku diajar oleh Mr. Riyadi, aku selalu mengingat semua petuahnya, dan berkat beliau aku selalu menjadi juara umum di setiap tempat les bahasa Inggris. Sejak itu, aku memutuskan untuk kuliah mengambil jurusan yang berbau bahasa Inggris. Aku pilih Sastra Inggris.
Dari bahasa Inggris tadi, aku lebih mudah mencerna film-film barat. Rasanya listening bahasa Inggris sambil menerjemahkannya langsung di otak adalah kegiatan yang paling menyenangkan.
Aku mulai menonton banyak film berbahasa Inggris sejak SMP, tanpa subtitle bahasa Indonesia tapi masih pakai subtitle bahasa Inggris hehe. Dan, dari hobiku yang masih terus lanjut ini, pernah di zaman kuliah aku menjual hasil download film ke teman-teman kampus. Hasilnya? Wah, sangat cuan meski saat itu hanya bisa buat makan dua kali di warteg.
Sebenarnya, aku benci baca. Jurusan Sastra Inggris menekanku untuk terus membaca tanpa henti. Mending jika hanya membaca, tapi aku harus menganalisis dan membuatnya menjadi jurnal ilmiah, itu yang bikin aku benci.
Bahkan, menonton film Spongebob pun rasanya tidak tenang karena ada pembahasan teori kolonialisme dan post-kolonialisme. MUMET!
Tapi, setelah aku lulus, aku coba membaca ulang setiap novel dan buku teori zaman kuliah lalu. Ternyata tidak buruk juga, akhirnya aku senang melahap 3-6 buku sebulan jika sedang rajin.
Inilah awal mula aku tampil sebagai content creator, Bookstagram. Aku tidak ingin keseruan bacaanku hanya dinikmati sendiri, jadi aku mulai membagikan pikiran dan pendapatku tentang buku yang dibaca lewat Instagram, TikTok, Twitter, bahkan Thread.
Asyik, karena dari sana juga aku dapat cuan. Aku tidak perlu beli buku, karena penerbit dengan baik hati memintaku me-review buku baru mereka dan meng-upload-nya di sosial mediaku.
Aku juga tidak perlu repot berharap bertemu penulis favorit, karena pihak penerbit juga akan mengundangku setiap kali ada acara bersama penulis.
Ini hobi yang tidak pernah aku pikirkan selama hidupku. Bahkan, aku pernah meremehkan pekerjaan dunia tulis-menulis, karena aku rasa tidak menguntungkan. Dasar memang lidah itu sangat tajam, ternyata aku menjilat ludahku sendiri yang sekarang aku berpofesi sebagai content writer.
Ternyata memang mungkin I born to be a content writer. Dengan hobi bahasa, membaca, dan menonton, aku bisa menuliskan review film, buku, bahkan menulis review game dari developer ternama di Jepang, SEGA.
Aku rasa semua hobiku ini sangat berkaitan untuk karir dan profesiku saat ini. Aku sudah melihat kemana arahnya, dan semua hobiku ini berkesinambungan sehingga aku bisa mencari rezeki lewat semua hobiku tadi.
Ini adalah keseimbangan hidup yang menurutku sangat cocok untuk aku jalani. I wonder, if.. tools yang aku gunakan juga bisa seimbang dengan semua kegiatanku tadi. Mungkin layar pertama untuk membaca, layar kedua untuk menulis.


Dari cerita sepupuku yang bekerja sebagai finance sebuah hotel, serta semua hobiku yang pada akhirnya ternyata berkesinambungan satu sama lain hingga akhirnya menghasilkan pundi-pundi rezeki, aku menyadari satu hal:
Tools yang seimbang untukku saat ini adalah laptop yang bisa diajak multitasking dengan fitur yang lengkap serta kecanggihan teknologi terkini.
Mengingat aku dan sepupuku tadi memang lebih banyak membutuhkan laptop untuk bekerja, rasanya memang laptop sudah seperti jadi keharusan. Tanpa laptop, kami bisa apa? Sulit rasanya menulis lewat HP, tetap laptop tidak akan tergantikan.
Kendala Laptop Satu Layar
Sebenarnya perangkat laptopku sih juga punya performa yang cukup oke, tapi ada yang kurang! Laptop ku ini hanya punya satu layar 14 inci. Layarnya memang sudah dibekali oleh ASUS OLED, tapi dia cuma punya satu layar.
Aku sering banget membagi satu layar tadi menjadi dua ‘jendela’, yang satu untuk membaca sumber dan referensi, satu lagi untuk menulis. Rasanya layar tersebut jadi sangat kecil dan terbatas ruangnya.
Bahkan, mataku yang minus dan silindris ini tidak kuat melihat tulisan kecil-kecil dengan satu layar yang dibagi menjadi dua. Wah, kalau ada laptop punya dua layar kayaknya segala kegelisahan itu bakal terhempas, aku bisa nulis lebih produktif dan baca lebih banyak referensi.
Solusi: ASUS Zenbook Duo
Terus, aku berpikir.. Kira-kira adakah laptop dua layar yang bisa mendukung kegiatanku tadi, ya? Ternyata ada, ASUS Zenbook Duo. Sebenarnya ini bukan laptop yang asing buatku, dan memang wishlist-ku sejak lama.
Tapi, Zenbook Duo zaman dulu hanya berupa dua layar dengan satu layar utama dan layar sekunder yang kecil di bagian atas keyboard. Fungsional sih, tapi tetap tidak memuaskan jiwa hobi membaca sekaligus menulisku.
Nah, entah memang ASUS mendengar keluh kesah konsumennya atau bagaimana, tapi akhirnya mereka menelurkan produk di mana ada laptop yang punya dua layar. Kedua layar itu full screen dan full touchscreen.
Awalnya, aku heran sih karena tidak ada keyboard seperti laptop pada umumnya. Tapi ternyata, ASUS memberikan keyboard eksternal di mana kalau kita mau pakai keyboard tinggal tumpangkan keyboard tersebut ke layar. Dan Voila… jadilah laptop seperti pada umumnya. Keren, ya?
Berdasarkan Format:
Berdasarkan Tujuan:
Tips Membuat Konten Kreatif:

Seperti yang aku bilang sebelumnya, aku sendiri masih menggunakan laptop dengan 1 layar, sehingga dalam menulis perlu membagi 2 bagian : 1 untuk menulis dan 1 referensi (untuk baca) sehingga ruang kerja menjadi sempit merasa kurang puas.
Pernah coba pakai layar eksternal, tapi.. cuma bisa dipakai di rumah dan tidak bisa dibawa kemana pun.
Namun pada tanggal 7 market 2024 kemarin Asus mengeluarkan ASUS Zenbook DUO (UX8406) membuat aku langsung berpikir: “Ini dia solusinya.”
Dari situ aku sadar bahwa laptop dua layar dari ASUS memang bikin produktif dan lebih nyaman untuk bekerja

Karena aku tertarik laptop dua layar akhirnya aku foto dengan laptop itu, siapa tahu nanti bisa beli.
Aku sendiri mencoba mengutak-ngatik laptopnya, ternyata ada hal menarik di mana ASUS Zenbook DUO (UX8406)Â memiliki 5 mode yang efektif.Â
Tidak hanya itu laptop ini menggabungkan teknologi AI dengan desain inovatif yang membuat laptop ini menjadi “Laptop Dua Layar Terbaik 2024 Yang Serbaguna“
Saat ini kita bekerja menjadi cukup mudah karena banyak AI yang bisa membantu tugas-tugas kita. Dalam bidang kreatif pun begitu seperti text jadi text, text jadi foto, text jadi audio, text jadi video dan lain sebagainya.
Tak heran kita butuh layar tambahan untuk menunjang produktifitas kita agar lebih maksimal. Nah kira-kira berikut ini beberapa manfaat yang ketika memiliki layar dua.
Simplenya sih seperti ASUS ZENBOOK DUO UX8406 dengan layar dua, kita bisa memaksimalkan hal apapun yang akan dibuat.
Dengan penggunaan harian kita bisa cari cuan dalam bidang apapun, termasuk aku yang cari cuan dari hobi. Performanya sangat cepat dan terdapat fitur AI Ready yang bisa kamu gunakan untuk membuat sebuah karya melalui AI.

Desain layar dua yang serbaguna terasa seperti menggunakan desktop saat bepergian, menghadirkan ruang kerja yang luas dalam bentuk ultraportabel serta memiliki I/O port yang lengkap Audio jack, HDMI® 2.1 (TMDS), USB 3.2 Gen 1 Type-A, dan Thunderbolt™ 4 USB-C®.

Keyboard Bluetooth ASUS ErgoSense memungkinkan kamu menikmati pengalaman laptop tradisional dengan Zenbook DUO, menggabungkan kenyamanan, produktivitas, dan fleksibilitas dalam satu perangkat.

Menggandakan layar adalah strategi efektif untuk meningkatkan fokus dan produktivitas. Cobalah dan rasakan perbedaannya!

Layar bawah pada Zenbook Duo ini menawarkan fleksibilitas dan fungsionalitas, meningkatkan produktivitas dan pengalaman.

Zenbook DUO menghadirkan cara baru untuk berbagi konten dan berkolaborasi dengan mudah, meningkatkan efektivitas rapat dan presentasi bisnis Anda.

Ingin merasakan sensasi punya setup dual monitor ala PC Desktop bisa dong, kamu bisa menggunakan untuk multi-tasking aplikasi apapun untuk produktif sepanjang hari.

Hadir dengan sistem operasi Windows 11, ASUS Zenbook DUO (UX8406) juga merupakan laptop berfitur Copilot untuk dukungan AI. Copilot di Windows 11 melengkapi keahlian dan kreativitas Anda dengan bantuan kecerdasan serta jawaban relevan.Â
Selain itu, sudah dilengkapi Office Pre-Installed, agar Anda bisa nikmati semua manfaat dengan PC yang lengkap – PC sudah termasuk Office Home & Student 2021. Aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint) memberikan semua fungsi yang dibutuhkan dan diharapkan oleh penggunanya.
Windows 11 hadir dengan revolusi desain dan fitur yang bikin kamu lebih produktif, kreatif, dan terhubung dengan orang-orang yang memiliki achiever.
Apa yang baru?
Performa kencang dengan Intel® Core™ Ultra 9 dengan fitur NPU AI Ready.
Memberikan area kerja setara 19,8 inch secara instan dengan berbagai layout.
Dengan desaing koneksi Pogo Pin kamu bisa dengan mudah charger, pasang dan copot.
Zenbook duo bisa di sesuaikan kamu bisa atur ketinggian dengan 40-70 derajat.
Kamu bisa menggambar mencoret menjadi karya yang kamu impikan.
Zenbook DUO tebalnya hanya 14.6mm dan berat 1.35kg
Kamu bisa pilih mode yang kamu suka untuk bekerja.
Fitur perangkat lunak yang sangat seru dan nyaman untuk bekerja.
Setiap layar menggunakan 14 inch 3K Lumina OLED dengan 500 nits.
Pantone Validated, Dolby Vision, Vesa Certified, Tuv Rheinland, SGS
Rasakan pengalaman bermain game, pembuatan konten dan performa AI.
Tidak perlu khawtir resource habis RAM upto 32GB dan SSD 2TB.
Buat pengalaman barumu yang menyenangkan dengan cepat dan efisien.
Semua komponen didinginkan secara efektif agar bisa maksimal sepanjang hari.
Apa yang anda butuhkan semua port tersedia Audio jack, HDMI® 2.1 (TMDS), USB 3.2 Gen 1 Type-A, dan Thunderbolt™ 4 USB-C®
Produktif sepanjang hari tanpa takut kehabisan battery, Zenbook duo mampu bertahan hingga 13 jam dengan 1 layar.
Sebuah teknologi inovatif untuk video meeting yang jernih dan jelas serta mengurangi suara kebisingan area sekitar.
Asus melengkapi dengan kamera Windows Hello Infrared yang bisa kamu gunakan untuk membuka kunci laptop dengan cepat.
Apa yang anda butuhkan semua port tersedia Audio jack, HDMI® 2.1 (TMDS), USB 3.2 Gen 1 Type-A, dan Thunderbolt™ 4 USB-C®
Nikmati suara yang jernih dan ala bioskop karena menggunakan Dolby Atmos, sound by harman/kardon.
Zennbook duo ini sudah memenuhi standar militer MIL-STD 810H yang memiliki daya tahan luar biasa.
Internet tanpa lambat Wi-Fi 6E(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.3 Wireless Card
Kamu tidak perlu lagi install Office untuk bekerja secara langsung, karena ASUS telah memberikan secara gratis.
Seluruh permukaan layar enam kali lebih kuat dari kaca laptop pada umumnya.





Fitur yang menarik pada Zenbook DUO ini memberikan kamu kontrol dan kenyamanan yang lebih baik, meningkatkan pengalaman pengguna dan produktivitas yang lebih mengesankan.
| Main Spec. | Details |
|---|---|
| CPU | Intel® Core™ Ultra 7 Processor 155H 1.4 GHz (24MB Cache, up to 4.8 GHz, 16 cores, 22 Threads) with Intel® AI Boost NPU |
| Operating System | Windows 11 Home |
| Memory | 16GB LPDDR5X |
| Storage | 1TB M.2 NVMe™ PCIe® 4.0 Performance SSD |
| Display | Dual 14-inch ASUS Lumina OLED, 3K (2880 x 1800) 16:10, 120Hz, 0.2ms, 100% DCI-P3, PANTONE Validated, 600nits, VESA CERTIFIED Display HDR True Black 500, Low Blue Light, Anti-Flicker, Touchscreen with Stylus Support |
| Graphics | Intel® Arc™ Graphics |
| Input/Output | 1x USB 3.2 Gen 1 Type-A, 2x Thunderboltâ„¢ 4 supports display / power delivery, 1x HDMI 2.1 TMDS, 1x 3.5mm Combo Audio Jack |
| Connectivity | Wi-Fi 6E(802.11ax) (Dual band) 2*2 + Bluetooth® 5.3 |
| Camera | FHD camera with IR and Ambient Light Sensor function, support Windows Hello, support Windows Studio Effect |
| Audio | Smart Amp Technology, Built-in speaker, Built-in array microphone, harman/kardon certified |
| Battery | 75WHrs, 4S1P, 4-cell Li-ion |
| Dimension | 31.35 x 21.79 x 1.46 ~ 1.99 cm |
| Weight | 1.39 Kg (laptop) |
| Â | 0.3 Kg (keyboard) |
| Price | Rp33.999.000 |
| Warranty | 2 Tahun Garansi Global dan 1 Tahun ASUS VIP Perfect Warranty |